Kamis, 03 April 2008

Mau Jadi Apa Indonesia?

Nama-nama peserta lulus CPNSD telah diumumkan. Namun sayang, bagi kami, hasilnya sangat mengecewakan. Apa sebab? Yang jelas bukan karena nama kami tak terpampang di daftar nama-nama yang lulus. Pasca tes, kami memang sudah pesimis, karena sadar tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tes yang menurut penilaian kami sebenarnya tidak proporsional dan tidak sesuai sasaran/ kurang menyentuh. Entahlah kenapa juga harus UI yang membuatnya, bukannya Unila yang notabene-nya lebih memahami daerah Lampung? Toh, ini CPNS untuk Lampung khan? Apa mungkin karena kehebatannya sebagai universitas terkemuka di Indonesia, sehingga poin plus tersebut menjadi jaminannya? Entahlah, karena toh bukan permasalahan tersebut yang akan kami pertanyakan.
Kembali ke permasalahan awal, kenapa kami kecewa dengan hasil kelulusan CPNSD. Berdasarkan informasi yang kami peroleh, ternyata sejumlah nama yang muncul adalah mereka yang membayar sejumlah uang, kisarannya 50-100 juta (angka yang fantastis, kenapa tidak untuk modal saja ya). Padahal sebelum tes, panitia pengadaan CPNSD sudah berkoar-koar bahwa tes akan dilaksanakan secara murni, bebas KKN. Namun seperti sudah menjadi rahasia umum, bahwa setiap pengadaan CPNSD selalu diwarnai KKN. Kalau sistem kelulusannya seperti ini, kenapa tidak sekalian menetapkan bahwa pengadaan CPNSD tertutup untuk umum. Hanya orang-orang yang ber-uang dan kekuasaan yang boleh mendaftar. Kasihan sekali orang-orang yang tidak ber-uang, yang selama ini hanya menjadi penggembira untuk menutupi kecurangan yang dilakukan oleh pihak tertentu.
Kalau sistemnya seperti ini terus, bagaimana rakyat akan menumpukan harapannya pada calon-calon pelayan publik yang ‘terpilih’ tersebut. Apakah mereka mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat? Hanya publik yang dapat menilainya. Mungkin saja setiap bekerja (melayani masyarakat), para pelayan publik tersebut hanya berpikir bagaimana cara mengembalikan uang yang dipakai untuk menyuap (supaya balik modal). Tidak menutup kemungkinan mereka pun akhirnya korupsi. Bukankah setiap usaha yang dimulai dengan tidak baik, maka tidak akan baik pula hasilnya?
Entah akan jadi seperti apa Indonesia tercinta ini. Mungkin saja akan terus menjadi negeri yang melahirkan mental-mental penyuap dan koruptor. Lha wong aparat yang menegakkan keadilan pun rentan dengan KKN (kasus suap terhadap jaksa dalam penyelidikan kasus BLBI misalnya). Sangat njomplang sekali, ketika kita bandingkan dengan contoh seorang guru di daerah Jakarta yang terpaksa tinggal di mushalla karena tidak sanggup membayar kontrakan. Ataupun kisah sebuah SD di perbatasan Indonesia-Malaysia yang hanya diajar oleh satu orang guru, yang setiap 3 bulan baru mengambil gaji dengan melewati sungai dan menghabiskan 300-400 ribu rupiah. Di mana keadilan negeri ini! Naudzubillahi min dzalik! Terima kasih.
Pengirim:
Sejumlah orang yang menginginkan keadilan di negeri ini

Tidak ada komentar:

Artikel pada kategori yang sama

Top Post (popular artikel)

Widget by Blogger Buster