Minggu, 19 Juli 2009

HIDAYAH-MU...LUAR BIASA!!!

Bandarlampung, Satu Malam yang hening

Adalah benar adanya, bahwa hidayah Allah itu bisa datang kapan saja dan darimana saja, dari hal yang tidak kita pernah duga sebelumnya. Sepenggal kisah berikut ini salah satu contohnya.


Aku dibesarkan dalam keluarga yang sangat awam dengan ilmu dan pengamalan agama. Bahkan dalam kurun waktu belasan tahun, aku tak pernah melihat kedua orang tuaku sholat. Yang kuingat, terakhir melihat ibuku sholat ketika aku kecil masih sekali. Setelah masuk bangku SD, aku tak pernah lagi melihat beliau sholat. Alasannya sangat sederhana, ibuku tak punya mukena lagi, karena waktu itu mukena beliau dicuri orang. Sedang Bapak, dari kecil tak pernah sekalipun aku lihat beliau sholat.

Namun beruntungnya, kedua orang tuaku tak pernah melupakan pendidikan agama untukku dan juga saudaraku2 yang lain. Mereka memasukkan kami ke sanggar mengaji, agar kami bisa membaca Al Quran. Pasca masuk ’ngaji dan juga sekolah, aku dan saudaraku2 yang lain mulai rajin sholat, meskipun hanya sekedar menghapal gerakan dan bacaan2nya, tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Melihat kami yang rajin sholat, bapak dan mama’ sangat senang, tetapi mereka tak pernah mencoba untuk ikut sholat. Kalau kami mulai menanyakan itu, mereka selalu memiliki seribu satu alasan. Pikiran kami yang masih cetek pun tak pernah mempersoalkan itu.

Ketika masuk SMP, kami mulai jarang sholat. Aku dan adikku sering bolong2 sholat dalam tiap harinya, sedang kedua kakakku makin lama makin meninggalkan sholat hingga akhirnya tak pernah sholat lagi. Pergaulan SMP yang semakin luas, juga masa remaja yang penuh gejolak mungkin yang menjadi penyebabnya. Kedua kakakku menjadi remaja yang super nakal. Bapak dan mama’ sering menangis batin dan dibuat pusing oleh kenakalan mereka. Keluarga kami semakin hari semakin jauh dari agama saja. Aku dan adikku pun akhirnya hanya rajin melaksanakan sholat maghrib. Semangat untuk sholat pun terus berkurang. Al Quran yang ada di rumah pun penuh debu karena tak pernah dibaca.

Hingga akhirnya, bapak yang bekerja di sebuah toko milik warga keturunan, diajak oleh bosnya mengikuti sebuah seni olah diri bernama kalimasada. Seni olah diri yang menuntut konsentrasi tinggi tersebut akhirnya menuntun bapak untuk mulai belajar sholat. Inilah pertama kalinya aku melihat beliau sholat. Meskipun sholat bapak masih bolong2, namun usaha bapak untuk sholat tersebut, membuat hatiku benar2 terenyuh dan malu. Satu saat bapak menghampiriku dan memintaku menuliskan bacaan2 sholat dalam bahasa Indonesia, karena beliau kesulitan membaca huruf arab. Setelah itu aku melihat Bapak mulai rajin membaca Al Quran, meskipun masih terbata-bata karena harus mengeja. Terkadang beliau memintaku mengajarinya. Aku baru tahu, ternyata ketika kecil, bapak pernah belajar ngaji.

Semangat bapak untuk sholat dan mengaji, membuat semangatku untuk sholat bangkit kembali. Aku yang waktu itu sudah masuk SMA, mengajak adikku untuk kembali sholat, tidak hanya sholat maghrib. Setelah itu, aku, bapak dan adikku mecoba mengajak ibu, kakak dan juga si bungsu yang masih SD untuk ikutan sholat. Sayang usahaku sia-sia. Lagi-lagi seribu alasan mereka ungkapkan. Bapak sendiri tak ingin terlalu memaksa ibu dan kakak.

Di ujung ikhtiar, aku dan adikku hanya bisa berdoa, semoga Allah membukakan pintu hidayah untuk mereka. Hingga satu hari (ketika itu salah satu kakakku telah menikah dan tidak tinggal satu rumah lagi dengan kami), kakak kembarku yang lain (yang terkenal lebih nakal), tiba2 mengambil air wudhu. Kala itu beduk maghrib sedang ditabuh. Dan tanpa ku duga, ia pun sholat. Aku melongo, tak mampu berkata sepatah-pun.

Dan kejadian yang tak kami duga ternyata berlanjut. Mama’ tiba2 berkata,”Malu ah sama Toni (nama kakakku itu)”. Lalu ia pun langsung mengambil air wudhu untuk sholat maghrib.
Kali ini bibirku benar2 terkunci, hanya air mata yang mampu mengiringi alunan syukurku padaNya.

”Ya Allah...inikah hidayah-Mu itu? Telah bertahun2 aku mengajak mama’ untuk menegakkan perintah-Mu, namun sekalipun mama’ tak pernah mendengarkanku. Tapi hari itu, aku betul2 tak menduga, hati mama’ langsung tergerak begitu melihat kakak yang selama ini sangat menyusahkan dan sering menyakiti perasaannya, bangun untuk sholat...Ya Allah, hidayah-Mu memang sungguh tak pernah terduga...!”

NB: Kini, alhamdulillah, adik bungsuku pun tak pernah tinggal sholat 5 waktunya ^_^

Tidak ada komentar:

Artikel pada kategori yang sama

Top Post (popular artikel)

Widget by Blogger Buster